Kamis, 06 Juni 2013

Refleksi "Elegi Menggapai "Kant's Transcendental Logic in the Critique of Pure Reason"




Dalam elegy di atas, dijelaskan  bahwa ada empat Sub Topik: Logika secara umum, Transendental Logic, Divisi Logic Umum ke Analitik dan Dialektika, Logika dan Divisi Transendental ke Analytic Transendental dan Dialektika.
Logika Secara Umum terdiri dari dua sumber dasar pengetahuan: sensibilitas yaitu kemampuan untuk menerima representasi yang terdiri dari Science benda Estetika dan Bagaimana diberikan kepada kita;
dan pemahaman yaitu kekuatan mengetahui obyek melalui representasi yang terdiri dari Ilmu Logika dan Bagaimana sebuah benda diperkirakan.
Dalam artikel diatas, Kant mengklaim bahwa hanya melalui serikat mereka dapat pengetahuan timbul. Menurut Kant, ada dua jenis logika: logika secara umum berisi aturan mutlak diperlukan pemikiran yaitu. logika elemen, dan logika kerja khusus pemahaman mengandung aturan berpikir yang benar tentang jenis benda tertentu yaitu. logika ilmu tertentu. Disini, yang dapat saya simpulkan yaitu bahwa logiaka anak sangatlah penting bagi mereka dalam mencari pengetahuan matematika.
Terima kasih

Refleksi "Elegi Menggapai "Kant's Discovery of all Pure Concepts of the Understanding"





Dalam Elegi Menggapai "Kant's Discovery of all Pure Concepts of the Understanding", Kant  berpendapat bahwa tidak setiap jenis pengetahuan a priori harus disebut transendental, hanya itu yang kita tahu bahwa representasi tertentu dapat digunakan atau yang mungkin apriori, dan ruang adalah pengetahuan bahwa representasi tidak empiris. Kant juga berpendapat bahwa perbedaan antara transendental dan empiris hanya milik kritik pengetahuan, bukan untuk hubungan pengetahuan itu untuk maksud dan tujuannya. Selain itu, Kant  juga berpendapat bahwa obyek persepsi langsung sebagian disebabkan karena benda eksternal dan sebagian karena aparatus persepsi kita sendiri. Untuk membuktikan bahwa ruang dan waktu merupakan bentuk a priori, Kant memiliki dua kelompok argumen; yang pertama metafisis, yang kedua epistemologis, atau sebagaimana ia menyebutnya, transendental.
Terima kasih

Refleksi "Elegi Menggapai "Ontological Foundation of Mathematics"




Elegi di atas berisi tentang perdebatan pendapat tentang cara pandang dalam matematika. Di luar dari perdebatan tersebut. Matematika merupakan pengetahuan yang diperoleh dari  akal pikiran dan  berdasarkan pengalaman. Banyak Ahli yang berpendapat mengenai hal tersebut. Seperti yang dikemukaakan oleh Rene Descartes dan Leibniz , mereka berpendapat bahwa konsep matematika bersifat melekat “innate” pada pikiran kita; sementara John Locke dan David Hume berpendapat bahwa pengetahuan matematika diturunkan berdasarkan pengalaman inderawi. Maka dari itu, dalam belajar untuk mendapat pengetahuan matematika sangat diperlukan  kerja dari pikiran kita dan kita harus perbanyak pengalaman  kita.
Terima kasih

Refleksi "Elegi Menggapai "Intuitionism as the Epistemological Foundation of Mathematics"





Setelah membaca Elegi di atas,  saya dapat berpendapat bahwa intuisi merupakan hal yang sangat penting dimiliki oleh seorang siswa.  Seperti gagasan Penting yang diuraikan oleh Soehakso RMJT (1989) bahwa untuk Brouwer, sumber satu-satunya dari pengetahuan matematika adalah intuisi primordial "dua-kesatuan" di mana pikiran memungkinkan untuk dilihat mental yang berantakan momen kehidupan ke dua bagian yang berbeda, menganggap mereka sebagai bersatu kembali, sedangkan sisanya dipisahkan oleh waktu.
Dari uraian di atas telah dijelaskan bahawa matematika adalah ilmu yang bersifat sintetik a priori. Pengetahuan matematika di satu sisi bersifat “subserve” yang artinya hasil dari sintesis pengalaman inderawi; di sisi yang lain matematika bersifat “superserve” yang artinya bahawa  pengetahuan a priori sebagai hasil dari konsep matematika yang bersifat immanen dikarenakan didalam pikiran kita sudah terdapat kategori-kategori yang memungkinkan kita dapat memahami matematika tersebut. Menurut intuisionisme, matematika pada dasarnya adalah suatu kegiatan konstruksi. Maka dari itu, Untuk mempelajari matematika, tidak perlu hanya dengan menghafalkan rumus-rumus saja. Namun harus dipahami dan diteleti mengapa muncul rumus seperti itu. Oleh karena itu, intuisi anak haruslah dipacu untuk dapat berkembang.
Terima kasih

REFLEKSI "Elegi Pemberontakan Pendidikan Matematika 8: Architectonic Mathematics (1) "




Setelah membaca Elegi di atas, saya sependapat dengan bapak bahwa pembudayaan matematika di Perguruan Tinggi dapat dilakukan dengan cara mendorong kemandirian mahasiswa untuk membangun sendiri (tentu dengan bantuan dosen) struktur-struktur matematika nya. Seperti yang sudah dipaparkan di atas, bahwa untuk ” to construct their own knowledge of mathematics" dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya yaitu dengan kegiatan RISET MATEMATIKA.
Namun, yag sekarang masih menjadi masalah yaitu bagaimana cara menampakan atau mempromosikan Architectonic Mathematics pada proses belajar matematika di sekolah. Untuk melakukan hal tersebut sanagatlah tidak mudah, kita harus menyadari bahwa secara pedagogis dan secara psikologis, karakter belajar matematika orang dewasa dan anak-anak itu sangat berbeda. Maka dari itu, haruslah dilakukan Transforming Phenomena secara besar-besaran untuk semua aspek belajar matematika termasuk subyek belajar matematika dan matematika nya itu sendiri.
Terima kasih

Selasa, 21 Mei 2013

Refleksi "Peta 1 - Peta Pendidikan Dunia _ Dibuat oleh Marsigit dari Paul Ernest "




Setelah membaca peta 1- Peta Pendidikan Dunia yang bapak tampilkan, maka pengetahuan kami tentang matematika menjadi bertambah. Kami menjadi tahu bahwa pendidikan dapat dipetakan menjadi beberapa golongan atau bagian yaitu politics, mathematics dan moral value. Dengan mengetahui peta konsep tersebut, semoga dapat membantu dalam memahami matematika secara lebih mendalam. Aamiin..
Terima kasih